animasi-bergerak-selamat-datang-0026 animasi-bergerak-halo-0014 animasi-bergerak-halo-0025 animasi-bergerak-halo-0014 animasi-bergerak-selamat-datang-0026

Selasa, 25 November 2014

PROFIL PENGUSAHA " BEONJAMIN SETIAWAN "




BEONJAMIN SETIAWAN






Boenjamin Setiawan adalah sosok yang patut diacungi jempol. Dedikasinya sangat tinggi untuk kemajuan industri farmasi di Indonesia. Beliau merupakan pendiri dan Komisaris Utama dari PT Kalbe Farma Tbk. Pasti Anda sudah mengenal produk yang sudah diproduksi oleh perusahaan tersebut. PT Kalbe Farma Tbk memang sudah banyak memproduksi obat-obatan dan sudah tersebar luas di Indonesia.

Latar Belakang
Latar belakang dari Boenjamin Setiawan adalah seorang yang memiliki predikat yang baik dalam bidang akademis khususnya dalam bidang farmakologi dan farmakinetik. Keluarga Boenjamin Setiawan juga sangat mendukung beliau dalam membangun usaha dalam bidang farmasi.

Pendidikan
Boenjamin Setiawan sebelum menjalankan bisnisnya dalam bidang farmasi, beliau merupakan lulusan dari Universitas Indonesia. Boenjamin Setiawan meraih gelar dokter di Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan studinya di University of California dan berhasil meraih gelar Ph.D di bidang farmakologi. Beliau juga sampat menjadi dosen selama beberapa tahun, namun akhirnya dirinya memilih untuk terjun di dunia bisnis farmasi.

Bisnis
Setelah menyelesaikan studinya di University of California, Boenjamin Setiawan akhirnya memilih untuk menjalani bisnis di dunia farmasi. Pada tahun 1966 Boenjamin Setiawan resmi mendirikan Grup Kalbe. Tepatnya pada tanggal 10 September 1966 Kalbe Group resmi berdiri. Sebenarnya Boenjamin Setiawan tidak sendiri dalam mendirikan perusahaan yang saat ini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Ia dibantu oleh 5 saudaranya dalam membangun usaha ini. Saudara dari beliau yang membantunya antara lain adalah: Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Maria Karmila, dan F. Bing Aryanto.

Pria yang akrab disapa Dr. Boen ini membangun usaha farmasi dengan penuh dedikasi sehingga membawa hasil yang memuaskan. Ia sangat paham bagaimana caranya untuk membuat obat dengan dosis yang pas namun dengan harga yang terjangkau. Selain itu, beliau juga mengerti dengan perkembangan di dunia farmasi global. Hal ini membuat Boenjamin Setiawan menjadi seorang pria yang matang dalam urusan farmasi dan yang paling penting adalah dia langsung terjun dalam mengembangkan jenis obat-obatan dan makanan kesehatan di perusahaannya yaitu PT Kalbe Farma Tbk.

Ia berani mengambil langkah besar dalam membangun bisnis di dunia farmasi Indonesia. Ia tak tanggung-tanggung dalam membangun dan merawat perusahaannya tersebut. Ia menggabungkan 3 perusahaannya untuk memperkuat posisinya di dunia farmasi Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut adalah Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan PT Enseval Putra Megatrading yang merupakan perusahaan distribusinya. Hal tersebut beliau lakukan untuk menjadikan produksinya menjadi lebih efisien dan tentunya memperbesar pasar. Tak hanya itu, Boenjamin Setiawan juga membangun perusahaan baru yang bergerak dalam bidang riset dan pengembangan yaitu PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd dan juga bekerja sama dengan Morinaga dalam mendirikan perusahaan susu dengan investasi mencapai 500 miliar rupiah. Pendiri dan Komisaris Utama PT Kalbe Farma Tbk, Boenjamin Setiawan yang akrab dipanggil Dr. Boen dedikasinya bagi kemajuan industri farmasi nasional tak diragukan lagi. Tak salah bila Warta Ekonomi menobatkannya sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005.
Bicara tentang industri farmasi nasional, sulit melupakan Boenjamin Setiawan. Kecintaannya terhadap dunia farmasi mengantarnya sebagai salah satu tokoh industrialisasi farmasi modern nasional. Pria yang akrab disapa Dr. Boen ini tak lain adalah pendiri sekaligus pemilik PT Kalbe Farma Tbk., sebuah grup farmasi besar yang terintegrasi. Perusahaan farmasi lokal ini ditaksir memiliki aset di atas Rp5 triliun. Lengan bisnis grup ini meliputi obat-obatan, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, dan sarana riset modern.
Boen memiliki latar belakang akademis, khususnya di bidang farmakologi dan farmakinetik. Sebelum sepenuhnya menerjuni bisnis, peraih gelar dokter dari Universitas Indonesia dan Ph.D. bidang farmakologi dari University of California, AS, ini sempat beberapa tahun menjadi dosen. Sepulang dari sekolah di AS, ia banting setir, mencoba peruntungan dengan menggeluti bisnis farmasi. Tepatnya, pada 1966, cikal bakal Grup Kalbe resmi berdiri.
Keberhasilan Grup Kalbe memang tak luput dari kepemimpinan pria kalem ini. Sebagai ahli farmasi, Dr. Boen paham betul bagaimana perkembangan farmasi global. Ia terjun langsung mengembangkan jenis obat-obatan maupun makanan kesehatan Kalbe. Lompatan sukses Grup Kalbe terutama ditopang oleh kejeliannya membaca ceruk pasar dengan memproduksi dan memasarkan obat generik.
Kesuksesan Kalbe tak membuat Dr. Boen cepat berpuas diri. Kali ini ia kembali membuat gebrakan lewat langkah merger internal. Tiga perusahaan publik, Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan perusahaan distribusinya, PT Enseval Putera Megatrading, dilebur menjadi satu. Boleh jadi ini merupakan aksi merger internal terbesar yang pernah terjadi di bursa.
Boen seperti dikutip dari swa tampak cukup cerdik meneropong perkembangan pasar. Merger ini akan memperkuat posisi Grup Kalbe di industri farmasi nasional. Mereka juga menciptakan sinergi yang kokoh antar-unit usaha untuk memperbesar pasar, di samping tentunya menghasilkan efisiensi dalam proses kegiatan usaha.

Kembangkan riset
Di luar itu, Kalbe juga melakukan sejumlah langkah strategis. Mereka mendirikan PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd., sebuah perusahaan riset dan pengembangan. Kalbe juga menjalin kerja sama strategis dengan Morinaga untuk mendirikan pabrik susu dengan investasi sekitar Rp500 miliar. Dengan sejumlah terobosan inilah maka pantas jika Dr. Boen menjadi tokoh bisnis tahun ini.
Grup Kalbe Farma, yang cikal bakalnya didirikan 40 tahun lalu, berhasil menduduki peringkat pertama di pentas bisnis farmasi nasional. Inilah kisah bagaimana orang-orang pintar dan terbaik membangun kerajaan bisnis.
Orang dengan kemampuan sekomplet Boenjamin Setiawan memang langka. Ia adalah dokter lulusan fakultas kedokteran paling bergengsi di negeri ini: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Belum puas dengan predikat dokter yang waktu itu menjadi dambaan banyak orang (bayangkan, menjadi dokter di era 1950-an!), ia terbang ke Amerika Serikat dan menggondol gelar Ph.D di bidang farmakologi dari University of California, AS. Gelar Ph.D tersebut diraih tahun 1961, ketika usianya 28 tahun -- usia yang terbilang muda untuk seseorang yang berhasil meraih gelar doktor di zaman itu.
Yang membuat sosok yang akrab disapa dr. Boen itu menjadi istimewa adalah keputusannya mau bersusah-payah membangun bisnis sendiri dari nol. Padahal, dengan ijazah yang digenggamnya, apalagi di zaman awal 1960-an, dia jelas sangat leluasa memilih pekerjaan yang terpandang di masyarakat sekaligus mendatangkan banyak uang. Nyatanya, ia malah memilih mendirikan pabrik obat kecil yang tak diperhitungkan orang.

Tidak kolusi
Akan tetapi, setelah melewati proses jatuh-bangun yang menyakitkan, lewat Kalbe Farma yang cikal bakalnya didirikan tahun 1966, Boen yang berlatar belakang farmakolog dan sangat peduli perkembangan industri farmasi global akhirnya berhasil mengembangkan dan memasarkan jenis obat-obatan bermutu, meskipun hampir semua produknya masih me too. Reputasi Kalbe terkerek berkat strategi penetapan harga produk-produk obat etikal bermerek yang dipatok lumayan tinggi tapi tidak kelewatan, sehingga Kalbe tidak terlihat serakah di mata masyarakat. Bahkan, tidak sedikit orang yang melihat hal ini sebagai niat baik Kalbe untuk tidak terlalu berkolusi dengan para dokter sebagai otoritas yang sangat menentukan preferensi pembelian obat oleh masyarakat sebagai konsumen akhir.
Setelah sukses menggarap obat-obat etikal (obat dengan resep dokter), Kalbe melangkah lebih jauh dengan memproduksi obat-obat bebas (over the counter/OTC). Di sini pun Kalbe mencatat sukses. Beberapa produk yang dikembangkan bahkan berhasil menjadi raja di kategorinya. Promag, misalnya, mampu mengalahkan Mylanta yang merupakan raja obat maag dunia. Meski tak sehebat Promag, merek-merek obat OTC lain keluaran Kalbe dikenal luas oleh masyarakat, seperti obat batuk Wood's dan Neuralgin.
Dr. Boen (saat berusia 73 tahun) yang terkenal low profile di panggung bisnis, tiba-tiba bikin kejutan. Kali ini di lantai bursa: PT Kalbe Farma Tbk. mengakuisisi dua anak perusahaannya yang juga sudah tercatat di bursa, yakni PT Dankos Laboratories Tbk. dan perusahaan yang membidangi distribusi produk farmasi, PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Langkah ini menobatkan Kalbe Farma sebagai perusahaan farmasi beromset terbesar di Indonesia (bahkan di Asia Tenggara), menyalip PT Sanbe Farma yang selama bertahun-tahun bercokol di puncak. Lebih dari itu, akuisisi ini sekaligus mengukuhkan Kalbe Farma sebagai perusahaan farmasi yang terintegrasi secara vertikal, mulai dari produksi dan pemasaran hingga penjualan dan distribusi produk-produk farmasi.
Sebetulnya, sebagai kelompok usaha farmasi, Grup Kalbe selalu menjadi yang terbesar. Sebab, di bawah payung Grup Kalbe, di samping ketiga perusahaan tersebut di atas, masih ada PT Bintang Toedjoe (produsen minuman serbuk Extra Joss) yang masuk jajaran 10 Besar Perusahaan Farmasi di Indonesia, Hexapharm (produsen obat generik), serta PT Sanghiang Perkasa yang memproduksi susu dan makanan kesehatan.
Langkah-langkah strategis dan visioner tersebut telah mengantarkan Kalbe -- baik sebagai perusahaan tunggal maupun kelompok usaha -- menjadi satu dari sedikit kelompok bisnis Indonesia yang paling siap menyongsong era AFTA yang sering didengung-dengungkan itu. Kalbe bahkan telah siap menghadapi harmonisasi pasar ASEAN yang tinggal dua tahun lagi sejak sekarang, yakni 2008.
Dari sekian banyak faktor sukses itu, salah satu ciri menonjol yang mengantarkan Kalbe berhasil menjadi nomor satu di pentas bisnis farmasi nasional seperti sekarang adalah sosok Boen sendiri. Sedari awal, Boen selalu menandaskan bahwa  perusahaan farmasi harus didukung riset yang kuat. Dan ia tidak berhenti pada kata-kata, melainkan langsung mewujudkannya dengan memperkuat divisi riset dan pengembangan -- hal yang tidak mungkin dilakukan perusahaan Indonesia di era 1960-an.
Ciri menonjol lainnya, sejak dini (awal 1970-an) Boen juga menyadari bahwa jika ingin bergerak lincah dan sehat, perusahaan harus dijalankan para profesional yang andal. Andal dalam pengertian Boen adalah bahwa profesional tersebut bukan semata-mata encer otaknya, melainkan juga harus dipadu dengan sikap dan perilaku yang baik. Dalam bahasa Boen, mereka harus the brightest dan the best. Untuk mendapatkan kandidat seperti ini, Kalbe menjalin kerja sama dengan LPPM sebagai konsultan manajemennya. Kesadaran seperti ini, lagi-lagi, masih langka bagi generasi pebisnis seangkatan Boen.
Bersamaan dengan itu, Boen juga mulai berkenalan dengan konsep nilai-nilai dan budaya perusahaan, yang kemudian melahirkan lima falsafah Kalbe yang dituangkan dalam Panca Krida, juga prinsip kerja yang dirumuskan dalam konsep DJITU.
Boen, setidaknya sampai saat ini, berhasil mematahkan mitos bahwa orang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi biasanya terlalu banyak perhitungan sehingga sering gagal jika terjun ke dunia bisnis yang sarat risiko. Boen justru membalikkan mitos itu: orang dengan latar belakang pendidikan yang bagus justru berpeluang membangun perusahaan dengan fondasi yang lebih kokoh. Boen telah membuktikan lewat dirinya sendiri.

Jenis Publik ( IDX : KLBF )
Industri farmasi, produk nutrisi, logistik dan distribusi alat kesehatan.
Didirikan pada tahun 1966
Kantor pusat Jakarta, Indonesia
Tokoh penting Irwan Setiady
Produk Farmasi
Karyawan sebanyak 15.000 orang

Grup Kalbe
Grup Kalbe menangani beberapa portofolio merek untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan nutrisi. Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 devisi, yaitu :
1.      SBU Pharmaceutical (divisi obat resep (kontribusi 25%) )
·         PT. Kalbe Farma Tbk
·         PT. Hexpharm Jaya
·         PT. Dankos Farma
·         PT. Finusolprima
·         Kalbe Vision Pte. Ltd.
·         Innogene Kalbiotech Pte. Ltd
2.      SBU Consumer Health (divisi produk kesehatan (kontribusi 17%) )
·         Kalbe OTC
·         PT.  Bintang Toedjoe
·         PT.  Saka Farma Lab
·         PT.  Hale International
·         Kalbe International Pte. Ltd
3.      SBU Nutritionals (divisi nutrisi (kontribusi 22%))
·         PT. Sanghiang Perkasa (Kalbe Nutritionals)
·         PT. Kalbe Morinaga Indonesia
4.      SBU Distribution & Logistik (divisi distribusi & kemasan (kontribusi 36%))
·         PT.  Enseval Putra Megatrading. Tbk
·         PT.  Enseval Medika Prima
·         PT.  Milenia Dharma Insani

Kekayaaan
Keberhasilannya dalam membangun bisnis di bidang farmasi membuat Boenjamin menjadi deretan orang kaya di Indonesia. Majalah Forbes pada tahun 2011 lalu menafsirkan harta kekayaan Boenjamin Setiawan mencapai 2 milliar dollar Amerika Serikat. Perusahaannya juga semakin berkembang dan menghasilkan produk yang berkualitas dan disukai masyarakat Indonesia. Beberapa produk yang sudah beredar di Indonesia antara lain adalah Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Extra Joss, dan Prenagen. Tentu saja omset dari perusahaan ini sangat besar. Bahkan saat ini Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi yang terbesar di Asia Tenggara dan sahamnya mencapai lebih dari 1 milliar dollar dengan penjualan lebih dari 7 triliun rupiah.

Hari-Hari Tua Boenjamin Setiawan
Walaupun kini usia Boenjamin sudah mencapai 80 tahun, dia masih terlihat sehat. Ia membagikan resep khusus untuk para lansia yaitu ada 7B yang dapat menghambat proses penuaan. 7B tersebut merupakan singkatan dari bekerja, belajar, berolahraga, beristirahat, banyak maunya, bersyukur, dan banyak berdoa. Boenjamin mengatakan bahwa ketujuh hal ini sangat penting. Walaupun sudah tua, bukan berarti harus berhenti bekerja. Lansia sebaiknya tetap aktif dengan mengerjakan apa saja yang bisa dilakukan. Selain itu, belajar juga dapat melatih kemampuan otak sehingga jika otak tidak bekerja, maka otak akan cepat mundur. Boenjamin juga mengatakan bahwa bersyukur dan berdoa adalah hal yang tidak kalah penting. Walaupun saat ini sudah tua, Boenjamin masih menjadi sosok yang selalu ingin maju. Pada tahun 2011 lalu, perusahaannya telah mengakuisi Hale International senilai 10 juta USD

GAMBAR BANGUNAN KALBE FARMA






SUMBER :

                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar